Madinah, Gatra.com- Ingin merasakan rendang onta? Ah, jangan bercanda? Ini serius. Anda bisa mendapatkannya di Resto Padang Bu'yung. Rumah makan Padang Madinah ini berada di pojokan kompleks pertokoan Hotel Al Haram, Madinah, di depan Masjid Nabawi.
"Rasanya dijamin sama enaknya dengan rendang sapi. Prosesnya sama dengan membikin rendang sapi," kata Rahmat Wildan, pemilik rumah makan itu, 10/05. Untuk paket komplit rendang onta dibanderol 40 SR atau sekitar Rp 160 ribu. Isi paketnya meliputi nasi, sayur, sambal, perkedel, dan tentunya rendang onta.
Selain rendang, ada juga paket tunjang/kikil, paket ayam, telur balado/barendo, dendeng Batoko, ikan Kembung Bakar, dan Daging Cincang. Juga paket sarapan seperti Nasi Goreng Padang, Lontong Padang, dan Mie Goreng Padang.Menu tambahan, Bakso Spesial Mercon, Bakso Spesial, Gorengan, Bubur Kampiun, Cilok Goang dan aneka kerupuk. Juga aneka minuman seperti lemon tea, teh manis dingin/panas, air mineral, kopi hitam, minuman botol/kotak.
Rahmat baru membuka restonya dua bulan lalu. Dengan mengusung tagline The First Restaurant Padang deng logo kubah hijau masjid Nabawi, bagi Rahmat jumlah jemaah umrah yang mencapai 1,3 juta adalah pasar. Naluri bisnisnya mengantarnya untuk berani membuka rumah makan Padang di Madinah. "Mereka umumnya dari masyarakat kelas atas," katanya.
Lokasinya pun bukan kaleng-kaleng tapi di kawasan mahal di sekitar Masjid Nabawi. "Ongkos sewa tokonya 1,3 juta (SR) per tahun," katanya. Beruntung ongkos sewa sekitar Rp5,2 miliar itu bisa dicicil.
Hasil tidak pernah mengingkari usaha. Itu juga berlaku bagi Rahmat. Karena per hari dia meraup omzet 7000 hingga 10000 SR atau Rp 28 - 40 juta. Setiap bulan dia meraup omzet Rp840 juta hingga Rp1,2 miliar.
Untuk hari biasa menurut Rahmat restonya tutup pukul 23.00 waktu Saudi. Dia belum punya pengalaman konsumen jemaah haji. Menghadapi musim haji dia menggunakan jurus buka 24 jam. Untuk itu dia mendatangkan tenaga tambahan dari Indonesia.
"Persoalannya, setiap mendatangkan dua pekerja Indonesia, saya harus merekrut satu pekerja Saudi. Kalau saya mendatangkan sepuluh, harus merekrut lima orang," tuturnya.
Jurus lain yang dikembangkan Rahmat yaitu selalu menyapa konsumen. Bagaimana rasanya? Begitu biasanya dia menyapa pengunjung restonya. "Sama dengan di Jakarta kan?" katanya sambil tersenyum ramah.