Home Liputan Haji Istilam, Ibadah Sunah Jika Satu Orang Melakukan, Manusia Seluruh Alam Tak Bisa Melaksanakan

Istilam, Ibadah Sunah Jika Satu Orang Melakukan, Manusia Seluruh Alam Tak Bisa Melaksanakan

Mekah, Gatra.com- Kami jemaah petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) Kementerian Agama Republik Indonesia daerah kerja (daker) Madinah dan Bandara tiba di Masjidil Haram, Mekah, 08/05/2024. Kami memulai umrah dengan thawaf dari rukun Hajar Aswad (batu hitam). Apa itu batu hitam?

Hajar Aswad adalah sebuah batu yang terletak di sudut timur Kabah. Batu itu berada di sudut Kabah sejak zaman Ibrahim AS. Nabi Muhammad kembali menempatkan batu itu di dinding Kabah saat renovasi pada 605 M, lima tahun sebelum wahyu pertamanya. Bentuk fisiknya seperti pecahan batu berwarna gelap, dipoles halus oleh ciuman dan belaian tangan para peziarah. Tradisi Islam menyatakan bahwa itu jatuh dari surga sebagai panduan bagi Adam dan Hawa untuk membangun sebuah tempat ibadah.

Hajar Aswad awalnya merupakan satu bongkahan batu, namun saat ini terdiri dari beberapa bongkahan yang direkatkan menjadi satu. Batu tersebut diberi bingkai perak yang diikatkan dengan paku perak ke dinding luar Kabah.

Permukaan batu yang terbuka berukuran sekitar 20 sentimeter (7,9 inci) kali 16 sentimeter (6,3 inci). Pada abad ke-10, seorang pengamat menggambarkan Hajar Aswad memiliki panjang satu hasta (46 cm atau 18 inci). Pada awal abad ke-17, tercatat berukuran 140 kali 122 cm (4 kaki 7 inci kali 4 kaki 0 ??inci). Menurut Ali Bey pada abad ke-18, tingginya digambarkan 110 cm (3 kaki 7 inci), dan Muhammad Ali Pasha melaporkan panjangnya 76 cm (2 kaki 6 inci) dan lebar 46 cm (1 kaki 6 inci).

Hajar Aswad menempel di sudut timur Kabah, yang dikenal dengan nama al-Rukn al-Aswad (Sudut Hajar Aswad). Bingkai perak Hajar Aswad dan kiswah hitam selama berabad-abad dipertahankan Sultan Ottoman dalam peran mereka sebagai Penjaga Dua Masjid Suci. Bingkai tersebut rusak seiring berjalannya waktu karena pegangan terus-menerus oleh jamaah dan diganti secara berkala. Bingkai-bingkai usang dibawa kembali ke Istanbul, di mana bingkai-bingkai tersebut masih disimpan sebagai bagian dari relik suci di Istana Topkap?.

Hajar Aswad dijunjung tinggi jauh sebelum Islam. Kuil ini telah lama dikaitkan dengan Ka'bah, yang dibangun pada periode pra-Islam dan merupakan tempat ziarah masyarakat Nabataean yang mengunjungi tempat suci tersebut setahun sekali untuk menunaikan ibadah haji.

Nabi Muhammad berjasa meletakkan Hajar Aswad di tempat yang sekarang di dinding Kabah. Sebuah kisahdalam Sirah Rasul Allah karya Ibn Ishaq menceritakan bagaimana klan Mekah merenovasi Kabah setelah terjadi kebakaran dan banjir besar yang menghancurkan sebagian bangunan tersebut. Hajar Aswad telah dipindahkan sementara untuk memudahkan pekerjaan pembangunan kembali. Para klan tidak bisa sepakat siapa di antara mereka yang mendapat kehormatan untuk mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya.

Perang saudara akan segera pecah. Bani Abdu'd-Dar membawa semangkuk penuh darah dan seluruh suku memasukkan tangan mereka ke dalamnya, yang berarti mereka telah memutuskan untuk berperang. Namun sesepuh Quraisy, Abu Umayyah Ibn al-Mughirah meminta pihak Quraisy untuk menyetujui pandangan orang pertama yang datang melalui Gerbang Bani Shaybah dan mereka semua menyetujui usulan tersebut.

Orang pertama yang melewati gerbang ini adalah Muhammad yang berusia 35 tahun, lima tahun sebelum kenabiannya. Dia meminta para tetua klan untuk membawakannya kain dan dia meletakkan Hajar Aswad di tengahnya. Masing-masing pemimpin marga memegang sudut kain dan membawa Hajar Aswad ke tempat yang tepat. Lalu, Muhammad meletakkan batu itu di tempatnya, dan ini memuaskan kehormatan seluruh klan. Beginilah cara Muhammad mencegah pecahnya perang di kalangan Quraisy dengan menunjukkan kebijaksanaan yang luar biasa.

Pencurian Hajar Aswad

Pada Januari 930, batu tersebut dicuri kaum Qarmatian, yang membawa Hajar Aswad ke markas mereka di Hajar ( Arab Timur). Menurut sejarawan Ottoman Qutb al-Din, yang menulis pada tahun 1857, pemimpin Qarmatian, Abu Tahir al-Jannabi memasang Hajar Aswad di masjidnya sendiri, Masjid al-Dirar, dengan tujuan mengalihkan haji dari Mekah. Namun gagal, karena para peziarah tetap mendatangi Masjidil Haram tempat di mana Hajar Aswad berada.

Menurut sejarawan al-Juwayni, batu itu dikembalikan dua puluh tiga tahun kemudian, pada tahun 952. Kaum Qarmatian memegang Hajar Aswad sebagai tebusan, dan memaksa Bani Abbasiyah membayar sejumlah besar uang untuk mengembalikannya. Pencurian dan pemindahan itu menyebabkan kerusakan lebih lanjut, memecahkan batu itu menjadi tujuh bagian.

Untuk melindungi pecahan batu tersebut, penjaga Ka'bah menugaskan sepasang tukang emas Mekah untuk membangun bingkai perak untuk mengelilinginya, dan sejak saat itu batu tersebut ditutup dengan bingkai serupa.

Pencurinya, Abu Tahir, dikatakan mengalami nasib buruk; menurut Qutb al-Din. "Abu Tahir yang kotor menderita penyakit gangren, dagingnya dimakan cacing, dan dia meninggal dengan kematian yang sangat mengenaskan."

Mencium Hajar Aswad (Istilam)

Istilam adalah tindakan mencium Hajar Aswad atau memberi isyarat ke arahnya di awal dan di akhir setiap thawaf. Yaitu dengamengangkat tangan kanan ke arahnya sambil mengucapkan Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Di akhir setiap putaran, jemaah melakukan istilam dan boleh mendekati Hajar Aswad untuk menciumnya di akhir tawaf.

Di zaman modern, kerumunan orang dalam jumlah besar membuat hampir mustahil bagi semua orang untuk mencium batu tersebut. Hajar Aswab paling baik dianggap hanya sebagai penanda untuk menghitung ritual mengelilingi Kabah.

Mencium Hajar Aswad hukumnya sunah. Saat manasik haji di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, 25/4/2024, Ustaz Zulfadli memberikan tebak-tebakan, ibadah sunah apa yang jika satu orang melakukan, maka umat seluruh semesta tidak bisa melakukannya. Jemaah angkat tangan. Maka ustaz Zulfadli memberikan jawabannya yaitu: mencium Hajar Aswad (istilam).

Muzaffar Iqbal dalam Dawn in Madinah: A Pilgrim's Passage, mendeskripsikan pengalaman istilam saat berhaji. “Di akhir [mengelilingi Kabah] yang kedua, saya diberikan salah satu momen luar biasa yang terkadang terjadi di sekitar Hajar Aswad. Saat saya mendekati sudut kerumunan besar itu tiba-tiba didorong mundur oleh lelaki kuat yang baru saja mencium Hajar Aswad,” katanya.

“Dorongan ini menghasilkan arus mundur, menciptakan celah sesaat di sekitar Hajar Aswad ketika saya sampai di sana. Dengan sigap aku memanfaatkan kesempatan itu,membaca, Bismillahi Allahu Akbar wa lillahi-hamd (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah), meletakkan tanganku di atas Hajar Aswad dan menciumnya. Ribuan garis perak berkilau, batu berkilau, dan sesuatu bergejolak jauh di dalam diriku. Beberapa detik berlalu. Kemudian saya didorong oleh penjaga,” ungkapnya.

Hajar Aswad sering diberi wewangian oleh penjaga masjid. Hal ini dapat menimbulkan masalah bagi jamaah haji dalam keadaan ihram yang dilarang menggunakan produk beraroma.

57